Monday, November 10, 2008

Merakit Sosok Pemimpin Ideal


Di dalam hukum internasional, suatu kumpulan masyarakat tidak akan disebut sebagai Negara jika tidak memiliki tiga aspek penting, yaitu Daerah, Penduduk dan Pemerintahan. Ada yang menambahkan juga bahwa Negara akan diakui sebagai Negara jika mendapat pengakuan dari Negara lain, sebagaimana dahulu Indonesia diakui kemerdekaan dan kenegaraannya oleh Negara Republik Mesir. Akan tetapi, syarat yang terakhir ini tidak sepenting ketiga syarat di awal. Yang akan penulis garis bawahi di dalam pembahasan kali ini adalah mengenai aspek "Pemerintahan", karena dengannya bisa mempersatukan penduduk –baik dalam satu pulau atau berbagai pulau- agar hidup teratur dan damai.
Dalam literature Islam terdapat suatu perintah yang lebih luas keberbagai aspek kehidupan bersosial. Islam tidak hanya memerintahkan agar memilih seorang pemimpin pemerintahan yang memiliki berjuta-juta penduduk, akan tetapi Islam juga memerintahkan agar memilih pemimpin meskipun hanya berjumlah tiga orang. Oleh karena itu, Islam memiliki konsep yang integral dari pada konsep-konsep manusia, sebab Islam tidak mengenal slogan-slogan sekulerisme seperti "Agama untuk Tuhan, Negara untuk masyarakat" atau "Satu hari untuk Tuhan, enam hari untuk manusia".
Tujuan Islam memerintahkan agar mengangkat seorang pemimpin, adalah supaya denganya bisa menyempurnakan misi kehidupan bersosial yaitu Amr ma'ruf (memerintahkan pada kebaikan) dan Nahyi munkar (mencegah kemungkaran). Dengan ini, Islam ingin menjelaskan agar lebih bersikap selektif dalam memilih seorang pemimpin yang ideal. Dan pemimpin ideal itu adalah pemimpin yang bisa mendekatkan diri yang dipimpinnya kepada Tuhan.
Syaikhul Islam Ibn Taimiyah dalam kitabnya yang berjudul "As Siyâyah Asy Syar'iyyah fi Ishlâh Arrâ'i wa Ar Râ'iyyah" mencoba mengklasifikasikan sosok pemimpin dalam suatu kaum, dimulai dari kelas yang paling bawah:
1. Pemimpin yang arogan dan yang menginginkan terjadinya distorsi di muka bumi.
Sifat yang seperti ini telah melekat kuat dalam diri Fir'aun, dia berbuat lalim di muka bumi, mengaku dirinya sebagai Tuhan, menumbuhkan disintegrasi bangsa, menindas manusia dan menyembelih anak laki-laki (QS. Al Qashash: 4). Sifat seperti inipun telah banyak melekat dalam diri para Fir'aun kontemporer, sebut saja George Bush yang suka memperlihatkan arogansinya dengan membantai umat Islam di Afghanistan dan Iraq. Tunggulah tenggelamnya para pemimpin seperti ini di lautan kehancuran.
2. Pemimpin yang menginginkan terjadinya distorsi di muka bumi, tapi tidak bersikap arogan
Sifat pemimpin seperti ini telah kenyang dirasakan masyarakat Indonesia, contohnya para koruptor. Mereka membuat rakyat kelaparan, ekonomi menjadi terpuruk, hutan-hutan "digarong", serta menciptakan degradasi moral di kehidupan masyarakat.
3. Pemimpin yang arogan, tetapi tidak berbuat distorsi bangsa
Pemimpin seperti ini adalah pemimpin yang selalu memarginalkan seseorang atau kaum yang merugikan dirinya. Dengan adanya sifat ini dalam diri pemimpin, maka akan melahirkan para penjilat dan Intihâziyyah (opportunis) di masyarakat.
4. Sifat ahli surga, yaitu yang tidak arogan dan tidak menginginkan distori di muka bumi (Al Qhashash: 83)
Sifat seperti ini telah tertanam begitu dalam pada diri Khulâfa'ur Râsyidîn yang dididik langsung oleh Nabi Muhammad Saw. Mereka bersikap tawadlu', lebih mementingkan kemashlahatan orang lain atau rakyat dari pada kepentingan diri dan keluarganya, juga mereka tidak memarginalkan, meminjam istilah Marx, kaum proletariat dan kaum kapitalis.

Kelas pemimpin yang ke-empat ini adalah kelas yang sedang dicari oleh rakyat yang mencita-citakan keadilan dan kesejahteraan hidup. Pemimpin yang seperti ini begitu mahal untuk ditampilkan, karena para pemimpin sekarang terlalu mendahulukan sikap Wahn (cinta dunia dan takut mati).
Oleh karena itu, Islamlah solusi semua permasalahan umat manusia, sebab Islam adalah agama yang integral, mencakup keberbagai sendi-sendi kehidupan. Sehingga, dalam memecahkan permasalahan pemimpinpun Islam telah menyajikan solusi yang jitu, dengan menawarkan kriteria pemimpin yang ideal, diantaranya:
1. Muslim
Orang yang berhak duduk di tampuk kekuasaan adalah mesti seseorang yang beragama Islam. Sebab, hal ini di samping suatu perintah Allah (QS. Ali Imran: 28), juga merupakan suatu janji Allah kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh yang akan memegang kekuasaan (QS. An Nûr: 55, Al Ahzab: 27).
2. Mukallaf
Orang yang bisa memimpin suatu masyarakat yaitu orang sudah yang mukallaf, yaitu orang yang sudah bisa dibebani tugas syari'at, seperti; orang yang sudah baligh, berakal dan merdeka (bukan hamba sahaya).
3. Berilmu
Seorang pemimpin yang mampu mengemban amanah Tuhan, adalah seorang pemimpin yang memiliki kemampuan ilmu yang luas. Bahkan Said Hawwa lebih mengkhususkan kriteria ini dengan mensyaratkan bahwa seorang pemimpin itu mesti memiliki kemampuan ilmu yurisdiksi Islam. Ini dimaksudkan agar seorang pemimpin itu tidak menjadi seorang yang pengecut di hadapan musuh-musuhnya.
4. Adil
Keadilan adalah suatu hal yang sangat dicita-citakan oleh semua manusia. Oleh karena itu, tidak akan ada suatu masyarakatpun yang menginginkan pemimpinnya berbuat dzalim (tidak adil), termasuk Allahpun tidak akan memberikan amanah kepemimpinan kepada orang yang berbuat dzalim (QS. Al Baqarah: 124).
5. Laki-laki
Laki-laki adalah makhluq yang memiliki pertimbangan yang matang dalam memutuskan suatu perkara, karena mereka tidak terlalu mendahulukan emosinya, juga gerak kerja mereka lebih fleksibel dibandingkan perempuan. Beda halnya dengan perempuan, kerja mereka dibatasi fitrahnya sebagai wanita, seperti ada halangan hamil, melahirkan, sehingga kerja mereka banyak terbatasi, dan juga mereka selalu mendahulukan emosi di dalam memutuskan suatu perkara. Di samping itu Islam juga tidak membenarkan seorang wanita menjadi seorang pemimpin.
Kepemimpinan wanita ini memang telah ada pada jaman Rasulullah Saw, yang pada waktu itu ada seorang putri seorang raja Kisra yang menjadi pemimpin di Farsi. Ketika Nabi mengetahui hal ini, maka beliau langsung bersabda "Tidak akan bahagia suatu kaum jika dipimpin oleh seorang wanita" (HR. Bukhari)
6. Sehat jasad
Seorang pemimpin mesti memiliki jasad yang prima dan panca indera yang sempurna, sebab rakyat tidak akan rela jika melihat pemimpinnya sering keluar negri hanya untuk urusan pribadinya (berobat) dengan mengabaikan kepentingan rakyat. Sebagaimana Allah Swt telah memerintahkan untuk memilih seorang pemimpin yang sehat jasad (QS. Al Baqarah: 247)
7. Orang Quraisy
Quraisy adalah suatu kabilah yang berada di Makkah, Nabi memerintahkan agar memilih seorang pemimpin itu dari bangsa Quraisy, sebagaimana sabdanya dalam hadits riwayat Hakim, Baihaqi, Ahmad dan Nasa'i "Seorang pemimpin itu dari orang Quraisy". Dari hadits ini beliau mencoba menjelaskan bahwa orang Quraisy lebih berhak untuk dijadikan sebagai seorang pemimpin, karena mereka mempunyai sikap penyayang, jika mereka berjanji ditepati, dan jika menghakimi mereka adil (sebagaimana dalam HR. Ahmad, Nasa'i dan Abu Ya'la).
Akan tetapi, jika dalam suatu Negara atau suatu kelompok tidak terdapat orang Quraisy, maka dibolehkan memilih seorang pemimpin selain dari bangsa Quraisy. Hal ini sesuai dengan apa yang diinginkan Umar Ibn Khattab, ia berkata "Jika aku sudah meninggal dan Abu Ubaidillah masih hidup, aku akan meminta dia menggantikan posisiku, tapi jika aku sudah meninggal dan Abu Ubaidillah sudah meninggal juga, maka aku meminta Mu'adz Ibn Jabal menggantikan posisiku". Dalam permintaan Umar ini ada nama Mu'adz Ibn Jabbal yang diminta untuk menggantikan beliau dan Ubaidillah jika sudah meninggal, padahal Mu'adz bukan dari golongan Quraisy. Jadi, kita boleh memilih pemimpin selain dari kabilah Quraisy jika mereka tidak ada, namun yang terpenting adalah memilih pemimpin yang memiliki sifat-sifat kepemipinan bangsa Quraisy.Ketujuh kriteria ini tidak akan susah untuk kita cari, akan tetapi yang susahnya yaitu bagaimana agar orang yang memiliki ketujuh kriteria ini terdaftar menjadi calon pemimpin. Jika kita melihat pola pemilihan pemimpin di negri kita, maka kita mesti bergabung dan menyatukan suara untuk memilih pemimpin yang siap mengemban amanah rakyat, dengan memilih partai yang berasaskan Islam. Semoga kita dapat memiliki pemimpin yang bisa menyelesaikan keterpurukan-keterpurukan rakyat, dan bisa menuntun rakyat agar mendekatkan diri kepada Tuhannya dengan penuh ketenangan dan kedamaian. Ini semua akan terwujud dengan adanya pemimpin ideal dalam kaca mata Islam.

No comments: